SOCIAL MEDIA

Wednesday, October 22, 2025

  

Kalau AI Udah Bisa Ngajarin Semua, 

Lalu Peran Kita Apa? 

 

    Sebelum nyelamin lebih dalam tentang gimana Korea Selatan merevolusi pendidikan tinggi mereka dengan kecerdasan buatan, izinkan saya kenalin dulu sama sosok yang jadi narasumber utama di konferensi ICERI ke-13 15 Oktober 2025 kemarin. Oh Jin Park, atau yang sering dipanggil Joshua Park. Beliau ini akademisi dan praktisi pendidikan yang sekarang kerja di Jakarta International University sekaligus mendirikan 3PLINK International. Kredibilitas beliau bahas kebijakan AI dan pendidikan itu bukan tanpa alasan. Park udah sering jadi pembicara di berbagai forum internasional, termasuk di Yonsei University of Science & Technology tahun 2017 dalam seri kuliah publik “The Future of Humanity” yang juga ngundang pembicara dari Cambridge University dan Faraday Institute. Malah di tahun 2025 ini, beliau juga jadi pembicara di General Lecture di Jakarta International University bareng para pakar lainnya, ngebahas inovasi buat masa depan yang lebih cerdas dengan AI, blockchain, dan kewirausahaan berkelanjutan.



    Oh Jin Park nggak cuma paham lanskap pendidikan Korea Selatan yang udah maju banget secara teknologi, tapi juga tantangan pendidikan di Asia Tenggara. Kepakaran beliau ngerancang strategi pendidikan berbasis AI bikin beliau jadi referensi penting buat siapa aja yang pengen ngerti gimana teknologi seharusnya diintegrasiin secara bijak dalam ekosistem pembelajaran, termasuk saya yang berkecimpung di dunia pendidikan anak usia dini.

    Semua orang udah aklamasi lah ya tentang betapa pentingnya periode golden age ngebentuk dasar pembelajaran anak. Tapi pertanyaan yang terus ngganggu pikiran saya adalah gimana nantinya bisa nyiapin anak-anak buat dunia yang bakal mereka hadapi sepuluh atau dua puluh tahun ke depan, di mana AI bukan lagi cuma fiksi ilmiah tapi jadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari?

Presentasi Oh Jin Park tentang AI literacy, ethical framework, dan human-centered approach menurut saya sangat applicable buat level pendidikan paling dasar. Mari saya kutuin satu-satu ya. Mulai dari sebuah momen tahun 2016, dunia ngeliat pertandingan bersejarah antara AlphaGo, sebuah program AI dari Google DeepMind, lawan Lee Sedol, salah satu pemain Go terbaik di dunia. Permainan Go, yang katanya lebih kompleks dari catur dengan kemungkinan langkah yang hampir nggak terbatas, selama ini dianggap sebagai area eksklusif kecerdasan manusia. Pas AlphaGo menang di pertandingan itu, bukan cuma pride Lee Sedol yang hancur, tapi paradigma tentang apa yang bisa dan nggak bisa dilakuin sama mesin mulai bergeser. Korea Selatan, sebagai negara tempat pertandingan itu berlangsung, ngerasain dampak psikologis yang luar biasa. Mereka sadar bahwa era AI bukan lagi bakal datang, tapi udah tiba di depan pintu.

    Momentum ini nggak disia-siain sama pemerintah Korea Selatan. Mereka paham bahwa buat bersaing di era baru ini, transformasi harus dimulai dari sistem pendidikan. Perjalanan AI sendiri sebenernya udah panjang banget. Dari tahun 1936 ketika Alan Turing ngenalkan konsep Turing Machine yang jadi akar dari komputasi modern, sampe tahun 1950 ketika beliau ngusulin Turing Test sebagai benchmark buat ngukur kecerdasan mesin. Terus ada tonggak penting di tahun 1958 dengan machine learningchatbot pertama yang dipake tahun 1966, AI yang jadi advisor medis di tahun 1972, sampe kemenangan Deep Blue lawan Garry Kasparov di tahun 1997. AI juga mulai masuk ke kehidupan sehari-hari lewat televisi tahun 2011, bisa bikin panggilan telepon dan berdebat di tahun 2018, sampe akhirnya ChatGPT dari OpenAI meluncur di tahun 2022 yang bener-bener merevolusi cara manusia berinteraksi sama teknologi.

    Menariknya adalah perkembangan AI nggak cuma terjadi di ranah komputasi murni. Nobel Prize in Chemistry tahun 2018 tenyata directed evolution, dan yang lebih bikin kaget lagi, Nobel Prize in Physics 2024 sama Chemistry 2024yang dapet adalah sebuah penemuan yang berkaitan sama AI, yaitu foundational discoveries dalam artificial neural networks dan protein design plus prediction pake AI. Ini nunjukin bahwa AI bukan cuma alat bantu, tapi udah masuk di berbagai disiplin ilmu. Sekarang adalah era GPT-5, sebuah generative pre-trained transformer yang bisa ngasilin teks, suara, bahkan gambar berdasarkan prompt. Perkembangannya terjadi secara eksponensial, bahkan lebih cepet dari adopsi internet di masa lalu. Landscape aplikasi AI udah beragam banget, dari generative AI kayak ChatGPT, DALL-E, sampe berbagai tools khusus buat riset, coding, desain grafis, dan masih banyak lagi. Dalam konteks pendidikan, pertanyaan besarnya bukan lagi apakah kedepannya bakal pake AI atau nggak, tapi gimana ngintegrasiin AI ini secara bertanggung jawab dan bijaksana.

    Oh Jin Park dalam presentasinya ngajuin pertanyaan-pertanyaan penting yang harus direnungkan bareng-bareng. Apakah teknologi itu netral? Gimana cara manusia masukin teknologi, khususnya AI, ke dalam kehidupan sehari-hari secara responsible dan wise? Apa sebenernya yang pengen dibangun? Buat apa tujuannya? Dan apa implikasinya? Pertanyaan-pertanyaan ini bukan cuma retorika filosofis, tapi sangat praktis dan urgent buat dijawab, terutama dalam konteks pendidikan.

    Analoginya kayak Swiss Army knife. Pisau lipat Swiss yang multifungsi itu bisa dipake buat berbagai keperluan yang bermanfaat, dari buka kaleng, motong tali, sampe berbagai fungsi survival lainnya. Tapi di tangan yang salah, alat yang sama bisa dipake buat nyakitin orang lain. Teknologi pun gitu. AI bisa jadi alat yang luar biasa buat personalisasi pembelajaran, bikin pendidikan lebih accessible, atau bantu guru dalam administrative tasks sehingga mereka punya lebih banyak waktu buat interaksi sama siswa. Tapi AI juga bisa memperlebar kesenjangan digital, bikin ketergantungan yang nggak sehat, atau bahkan dipake buat surveillance yang invasif.

    Respon publik ke isu-isu ini beragam banget. Oh Jin Park bahkan nulis dua buku tentang topik ini. Buku-buku itu isinya tentang kegelisahan sekaligus optimisme masyarakat Korea terhadap era AI. Mereka nggak mau ketinggalan dalam race teknologi global, tapi juga sangat aware dalam dimensi etis dan humanistik yang harus dijaga. Dalam konteks pendidikan tinggi global, ada beberapa isu krusial yang muncul terkait AI. Pertama adalah gimana AI mentransformasi proses belajar dan mengajar. Kita nggak lagi ngomongin pembelajaran yang one-size-fits-all, tapi personalized learning journey yang bisa disesuaiin sama kecepatan, gaya belajar, dan kebutuhan masing-masing individu. Kedua, pendidikan global lagi ngelakuin rethinking sama etika dan desain. Kita nggak bisa lagi ngajarin konten yang sama dengan cara yang sama kayak sepuluh tahun lalu. Ketiga, dan ini penting banget, adalah positioningAI sebagai partner dalam pendidikan, bukan sebagai competitor atau replacement buat pendidik manusia.

Framework literasi AI yang dikembangin sama Digital Promise nunjukin tiga mode of engagement yang saling terkait yaitu understand, evaluate, dan use. Ini bukan cuma soal pake AI tools, tapi paham gimana AI bekerja, bisa ngevaluasi output yang dihasilin secara kritis, dan kemudian pake dengan bijak. Kayak yang dibilang sama Lidija Kralj, seorang independent expert AI dan Data Education dari Croatia, ngintegrasiin literasi AI ke dalam pendidikan itu penting buat ngebekalin siswa dengan critical thinking skills yang diperluin buat paham, berinteraksi sama, dan berinovasi pake teknologi digital, sehingga nyiapin mereka buat berkontribusi secara lebih bermakna bagi masyarakat.

    Sekarang mari liat gimana Korea Selatan ngerespons tantangan ini. Bulan Juni 2025, mereka meluncurin National AI Strategy dengan target ambisius jadi salah satu dari tiga kekuatan AI terbesar di dunia tahun 2030. Ini bukan cuma mimpi kosong lah. Korea Selatan punya track record yang solid dalam transformasi berbasis teknologi. Mereka punya Sovereign AI Strategy yang jamin kedaulatan mereka dalam pengembangan AI, nggak sepenuhnya bergantung sama tech giants dari Amerika atau China. Mereka juga punya AI Education Roadmap yang udah jalan sejak 2020 sampe 2025, dan buka sekolah-sekolah pascasarjana khusus AI di universitas-universitas top kayak KAIST, POSTECH, dan Seoul National University.

Yang bikin pendekatan Korea Selatan unik adalah integrasi industri sama dunia akademis. Perusahaan-perusahaan raksasa kayak Samsung, LG, dan SK nggak cuma jadi pengguna lulusan perguruan tinggi, tapi aktif kolaborasi dalam research and development. Ekosistem 5G dan AI berkembang beriringan, bikin infrastructure yang support implementasi AI dalam skala masif. Fokus mereka bukan cuma aspek teknis, tapi juga perubahan mindset dan metode pembelajaran.

Filosofi pendidikan Korea yang baru adalah ngasilin lulusan yang bukan hafal pengetahuan, tapi tau gimana nyelesaiin masalah dan manfaatin tools yang ada. Mereka pengen mendidik orang yang nggak cuma pakai AI, tapi bener-bener paham dan bisa jelasin gimana AI kerja. Ini sejalan sama kebutuhan workforce di abad ke-21 di mana adaptability dan continuous learning jadi lebih penting dari cuma stock of knowledge. Seoul National University bahkan buka Department of AI-Integrated Education yang khusus ngelatih instructional design specialists dan teachers yang bisa ngintegrasiin AI dalam pembelajaran. Ini adalah investasi jangka panjang yang strategis banget. Gimana pun canggihnya teknologi, efektivitasnya dalam pendidikan sangat bergantung sama kualitas pendidik sebagai user.

    Transformasi Smart Campus juga jadi fokus utama. Universitas-universitas kayak Yonsei dan Hanyang ngimplementasiin AI dalam campus management dan tutoring, pake learning analytics dan predictive advising buat bantu mahasiswa. Bayangin sebuah sistem yang bisa memprediksi mahasiswa mana yang berisiko dropout berdasarkan pola kehadiran, nilai, dan engagement mereka, terus secara proaktif ngasih intervensi yang tepat. Atau sistem yang bisa ngerekomendasiin course pathway yang optimal buat setiap mahasiswa berdasarkan minat, kemampuan, dan career goals mereka.

Pendekatan Korea Selatan punya beberapa keunikan dibanding negara lain. Pertama adalah koordinasi nasional yang kuat banget antara Ministry of Education, Ministry of Science and ICT, dan National Information Society Agency. Nggak ada fragmentasi kebijakan, semuanya terintegrasi dalam grand strateg. Kedua, AI diintegrasiin across all education levels, bukan cuma di perguruan tinggi. Bahkan di sekolah dasar, mereka udah mulai ngenalin AI textbooksyang interactive dan personalized. Ketiga, dan ini yang paling penting, adalah pendekatan mereka yang human-centered dan ethics-oriented. Mereka waspada banget sama potensi dark side dari AI. Strategi Inovasi Pendidikan AI 2025 mereka mencakup AI-based Smart Learning Systems. Ada AI Math Tutor yang branded sebagai SuperLearning, yang bisa ngadaptasi tingkat kesulitan soal berdasarkan kemampuan real-time siswa. Ada juga kolaborasi intensif antara industri dan universitas, kayak yang dilakuin sama Hallym University dalam Global University Project mereka dari 2023 sampe 2027, di mana mereka ngediriin EduTech Soft Lab yang jadi innovation hub.

    Ministry of Education Korea bahkan meluncurin AI Textbook buat sekolah dasar di mana digital learning tools ini bisa nganalisis perilaku belajar siswa secara real-time dan ngasih personalized feedback. Ini adalah level personalisasi yang dulu cuma bisa dibayangkan dalam private tutoring, sekarang tersedia buat semua siswa. Tentu aja ada concern tentangprivacy dan data security, tapi mereka punya framework yang ketat buat ngelindungin data siswa. Isu kesetaraan akses penting banget dalam konteks ini. Ada yang disebut sebagai problem “Hakwons” di Korea, yaitu lembaga bimbingan belajar swasta yang mahal dan cuma bisa diakses sama keluarga mampu. AI bisa jadi equalizer yang bikin quality education lebih demokratis. Tapi ada juga risiko bahwa mereka yang punya akses ke AI tools yang lebih canggih bakal makin unggul, bikin digital divide baru. Ini adalah salah satu concern yang mereka address secara serius dalam policy framework mereka.

    Korea Selatan juga nggak kerja sendiri. Mereka gabung sama OECD's AI in Education consortium, berpartisipasi aktif dalam UNESCO's AI Competency Framework, dan promosiin regional cooperation di Asia tentang AI ethics dan pedagogy. Mereka sadar bahwa challenges yang mereka hadapi adalah global challenges, dan best practices perlu dibagiin lintas negara. Tentu aja nggak semua berjalan mulus. Ada berbagai challenges dan future directions yang masih harus dihadapi. Gimana nyeimbangin inovasi sama academic freedom? Gimana mastiin inclusion sambil ngatasi digital divide issues? Gimana bangun AI governance literacy di semua level pendidikan pas ini masih dalam formative period dan terus berevolusi?

    Issue academic integrity dan plagiarism jadi kompleks banget di era AI. Saat mahasiswa bisa pake ChatGPT buat nulis essay, apa artinya originality? Gimana design assessment yang truly measure understanding dan bukan cuma ability to use AI toolsFaculty readiness dan training juga jadi bottleneck. Banyak dosen yang ngerasa overwhelmed sama perkembangan teknologi yang begitu cepet dan nggak confident ngintegrasiin AI dalam teaching mereka. Vision Korea buat 2030 ambi banget tapi grounded lah. Mereka ngebayangkin universitas masa depan yang fully leverage AI-driven personalized learning, di mana setiap mahasiswa punya learning journey yang unik dan optimal. Digital literacy, khususnya AI literacy, jadi foundational skill kayak halnya literacy tradisional. Universitas nggak lagi cuma tempat transfer knowledge, tapi jadi innovation hubs yang ngasilin solutions buat real-world problems.

    Yang paling penting, ethics dan creativity tetap jadi core dari pendidikan. Mereka adopsi project-based learning yang fokus ke pprosesnya bukan cuma hasilnya. Mahasiswa belajar solution process design dan solution strategy development, nggak cuma nyari jawaban yang benar tapi paham berbagai cara buat approaching sebuah problem. Creativity dan critical thinking dikembangin lewat reading, discussion, dan meta-cognition, bukan cuma consumptionpasif dari konten.

    Buat saya yang concern di pendidikan anak usia dini, ada beberapa poins yang berharga banget dari pengalaman Korea Selatan ini. Pertama, literasi digital dan AI harus dimulai sejak dini, tapi dengan approach yang age-appropriate. Kita nggak ngajarin coding ke anak TK, tapi kita bisa mulai bangun computational thinking lewat permainan dan aktivitas hands-on. Kedua, human values dan ethics harus jadi dasar sebelum kita ngenalin technology. Anak-anak harus paham dulu konsep empati, fairness, dan responsibility sebelum mereka berinteraksi sama AI. Ketiga, peran pendidik nggak bakal tergantiin sama AI, tapi bakal berevolusi. Guru bakal jadi facilitator, mentor, dan guide dalam learning journeyyang makin personalized.

    Korea Selatan ngajarin kita bahwa transformasi pendidikan di era AI butuh strategic vision yang clear, political willyang kuat, investment yang substantial, dan collaboration yang intensif antara berbagai stakeholders. Tapi yang paling penting adalah keeping the human element at the center. Technology adalah means, bukan end. Tujuan akhir dari pendidikan tetaplah sama yaitu ngembangin manusia yang utuh, yang nggak cuma cerdas secara intelektual tapi juga punya karakter, kreativitas, dan kemampuan buat berkontribusi positif bagi masyarakat.

    Pengalaman Oh Jin Park di ICERI 2025 ini ngasih saya pandangan buat ngeliat gimana si pendidikan di masa depan. Pertanyaannya adalah, apakah kita sebagai pendidik juga ortu udah siap buat adopsi lessons learned ini dan nyesuaiin sama konteks lokal? Atau kita bakal ketinggalan dan cuma jadi passive consumers dari technology yang dikembangin sama negara lain? AI revolution is not coming, it's already here.

 

Yogyakarta, 22 Oktober 2025

Nuri Aprilia H., M.Pd

Thursday, October 16, 2025

Oleh-oleh ICERI

(International Conference on Education Research and Innovation)

Kemarin saya join ICERI (International Conference on Education Research and Innovation) yg ke 13, temanya Navigating the Human-AI Collaboration in Education: Challenges and Opportunities. Keynote speakernya Dr. Fauzan Adziman, Director General of Research and Development Kemdiktisaintek. Yg menarik perhatian saya dari opening beliau, ada satu quote yg disampaikan dari komunikasinya dengan mahasiswa di Oxford, “Engineering technologies, yes they grow exponentially, yet nowhere near the pace of our ideas.” Jadi intinya, teknologi emang berkembang cepet banget, tapi ide dan inovasi manusia sebenarnya jauh lebih cepet. Artinya manusia punya modal berkompetisi di era digital ini, asalkan mau ngoptimalin potensi SDMnya.

Bicara soal potensi SDM ini, Pak Fauzan sangat transparan maparin kondisi riset Indonesia saat ini. Data World Bank 2020 nunjukkin investasi R&D kita baru 0,28% dari GDP, jauh tertinggal dari negara maju. Gapnya cukup bikin saya ngelus dada, terutama dari sisi research capacity dimana negara high income punya 4.149 peneliti per sejuta penduduk sementara kita masih jauh di bawah itu. Tapi di balik kondisi yang bikin ngelus dada ini, beliau juga nyorotin peluang besar yg dimiliki Indonesia. Human Development Index Indonesia meningkat 0,77% per tahun dan yang lebih menjanjikan, proyeksi 2045 nanti 65% populasi Indonesia ada di usia produktif. Ini bonus demografi yang kalau dikelola dg baik, maka bisa bgt jadi game changer. Nah, buat manfaatin peluang ini, pemerintah nggak main-main.

Pemerintah udah punya blueprint jelas lewat Strategi Nasional AI 2020-2045 yg visinya creating an ethical and responsible AI ecosystem to strengthen global competitiveness towards a Golden Indonesia 2045. Yang beliau tekankan berkali-kali, fokusnya bukan cuman ngejar teknologi, tapi lebih ke human empowerment. Gimana AI bisa memberdayakan manusia, bukan MENGGANTIKAN. Dan ini yang bikin saya tertarik, karena konsep human empowerment ini langsung aplikatif di dunia pendidikan.

Nah, bicara soal AI di pendidikan, beliau nyampein tiga potensi besar yang perlu dipahami. Pertama, personalized learning. AI bisa kasih tailored educational experiences berdasarkan individual learning styles, pace, dan comprehension levels. Coba bayangin, sistem bisa nganalisis pola belajar setiap anak secara real time. Anak A saat itu mungkin lebih cepat paham lewat visual, sementara anak B butuh hands on experience. AI bisa otomatis nyesuain konten dan metode penyampaian materi sesuai karakteristik masing-masing anak. Menurut saya ke depannya AI bisa lebih jauh lagi, terutama di level PAUD. Ini bisa diaplikasiin buat kasih stimulus yg sesuai tahap perkembangan anak. Virtual learning assistant bisa banget ngebantu guru mantau perkembangan setiap anak, ndeteksi potensi learning difficulties sejak dini, atau bahkan ngidentifikasi “sesuatu” yg mungkin kelewatan pas observasi manual.

Potensi kedua adalah bridging digital divide. Pak Fauzan njelasin ini sebagai upaya extending quality educational resources to remote and underserved populations. Ini sangat relevan buat konteks Indonesia yg geografisnya kepulauan. Anak-anak di daerah 3T yg selama ini kesulitan akses guru berkualitas, bisa belajar lewat AI powered platform yg interactive dan adaptive, bukan cuman video pembelajaran biasa tapi sistem yg bisa kasih feedback real time, njawab pertanyaan, bahkan nglakuin assessment formatif secara otomatis.

Potensi ketiga yang nggak kalah penting adalah workforce development. Target pemerintah nglatih lebih dari satu juta warga dengan digital skills lewat berbagai inisiatif AI kek digital talent scholarship dan elevAIte Indonesia. Jadi ini tentang gimana nyiapin generasi yg siap ngadepin ekonomi digital, dimana AI dipakai bukan cuman sbg subject yg dipelajari, tapi juga sebagai tool buat ngembangin skill lain kayak critical thinking, problem solving, dan creativity.

Tapi ya, semua potensi besar ini pasti ada tantangannya. Dan ini yang menurut saya penting banget buat dikutuin bareng-bareng. Pak Fauzan sendiri mengakui ada 4 key challenges yaitu digital literacy gap (21,7% stakeholder IT di Indonesia masih ngeliat AI sebagai threat), infrastructure limitations (akses internet belum merata), data privacy and security (cybersecurity challenges), dan ethical implications (algorithmic bias, fairness, transparency). Nah menurut saya, keempat tantangan ini sebenarnya dasar banget dan belum ada solusi yang jelas, terutama soal ethical implications. Kalo AInya dilatih dengan data yang bias, hasilnya juga bisa jadi bias. Misalnya kalau dataset pembelajaran kebanyakan dari konteks urban middle class, maka AI nya bisa jadi kurang efektif untuk anak dari background yang beda.

Untuk njawabin tantangan-tantangan ini, Pak Fauzan notice pentingnya multi stakeholder collaboration. Government leadership, academic institutions, private sector, dan civil society harus kerja bareng. Beliau bilang pemerintah nggak bisa kerja sendiri, harus ada ecosystem thinking. Yang menarik, kolaborasi ini bukan cuman omon-omon. Ada contoh konkret industry pull scheme buat digitalization dengan partner industri kayak PT PLN, PT KAI, dll dan kampus kayak UNS, ITS, UI, dll. Ini bukti kalau ekosistem kolaboratif ini bisa jalan.

Selain ekosistem kolaborasi, beliau juga maparin roadmap temporal yang jelas. Short term (1-2 tahun) fokus establish regulatory frameworks dan develop AI ethics guidelines, medium term (3-5 tahun) scale AI applications dan build digital infrastructure, long term (2045) achieve AI sovereignty dan fully integrate AI for human empowerment. Roadmapnya ambi tapi realistislah kalau semua pihak konsisten ngejalanin.

Setelah dengerin semua paparan beliau, ada satu hal yang bikin saya kepikiran, terutama sebagai parent dan pendidik. Soal ethical implications AI yang disebutkan Pak Fauzan tadi, concern tentang algorithmic bias dan fairness itu kalo nggak dihandle dengan baik, maka bisa jadi boomerang. Apalagi buat aplikasi AI di pendidikan anak usia dini dimana data anak sangat sensitif. Saya belum ngeliat framework ethical yg cukup robust dalam ekosistem di Indonesia saat ini, meskipun roadmapnya udah ada di short term.

Yang paling saya apresiasi dari closing Pak Fauzan adalah penekanan human centric approach. Beliau reminder berkali-kali kalo AI itu tool buat empower manusia, bukan menggantikan. Dan ini yang harus jadi pegangan, terutama yang bergerak di pendidikan anak usia dini. Karena yg dibangun di usia golden age akan nentuin gimana generasi berikutnya menghadapi era AI.

Pulang dari konferensi kemarin, saya jadi yakin. Meskipun nggak semua pekerjaan di 2045 bisa diantisipasi, tapi paling nggak, bisalah mbekelin anak dengan dasar yang kuat. Apa itu?

Critical thinking, creativity, collaboration, communication, plus character values contohnya empati, integritas, dan resilience.

AI dan teknologi harus jadi enabler buat human empowerment, bukan tujuan itu sendiri. Jangan sampai ortu kejebak di formalitas atau kehebohan teknologi, tapi lupa esensi pendidikan yaitu MEMANUSIAKAN MANUSIA. Teknologi tanpa humanitas adalah bencana, humanitas dengan teknologi yg tepat adalah kemajuan. Semoga bermanfaat!


Yogyakarta, 16 Oktoberfest 2025

Tulisan ini sudah di post di instagram https://www.instagram.com/p/DP3OGHdk5BF/?utm_source=ig_web_copy_link&igsh=MzRlODBiNWFlZA==

@nuriiaprilia mari mampir! Mari berdiskusi.

Monday, May 20, 2024

Pentingnya Aktivitas Fisik Untuk Anak Usia Dini:

Semakin Pecicilan Anak, Semakin Bagus Untuk Perkembangannya!

         "Aduh anakku pecicilan amat sih!"

"Haduhh Nak, mbok diem tho!"

      Eiitsss.. nanti dulu buibu. Anak pecicilan, kagak mau diem, suka aktivitas fisik itu ada bagusnya lho!

    Aktivitas fisik untuk anak usia dini merujuk pada berbagai jenis gerakan fisik yang melibatkan gerakan tubuh seperti berlari, melompat, bermain, dan berbagai bentuk olahraga ringan yang sesuai dengan perkembangan anak usia dini. Ternyata banyak penelitian membuktikan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan anak-anak ada hubungannya sama perkembangan otak anak tersebut.


1.Aktivitas Fisik Menstimulasi Kognitifnya

    Aktivitas fisik dapat meningkatkan aliran darah ke otak, yang pada gilirannya meningkatkan oksigenasi dan nutrisi ke sel-sel otak. Hal ini dapat memperbaiki fungsi kognitif seperti pemikiran, perhatian, dan memori. Selain itu, aktivitas fisik juga dapat mempengaruhi produksi neurotransmitter seperti dopamin dan serotonin, yang berperan dalam regulasi suasana hati, motivasi, dan fungsi kognitif. Dengan demikian, aktivitas fisik dapat memberikan stimulus positif pada aktivitas otak yang berhubungan dengan kognisi.

    Selain itu, aktivitas fisik juga dapat memengaruhi struktur otak dan plasticitas sinaptik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat meningkatkan volume otak, terutama di area yang terkait dengan fungsi kognitif seperti memori, perhatian, dan pemecahan masalah. Selain itu, aktivitas fisik juga dapat meningkatkan produksi faktor neurotrofik seperti Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF), yang berperan dalam pertumbuhan, diferensiasi, dan kelangsungan sel-sel saraf. BDNF dapat meningkatkan plasticitas sinaptik dan memperbaiki fungsi kognitif. Dengan demikian, berbagai mekanisme ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat memberikan dampak positif pada kognisi anak usia dini melalui pengaruhnya pada aliran darah otak, neurotransmitter, struktur otak, dan faktor neurotrofik.

2.Peningkatan Sirkulasi Darah ke Otak

    Anak yang aktif ternyata sirkulasi darahnya ke otaknya juga bagus. Aliran darah yang lebih baik ke otak membawa oksigen dan nutrisi yang diperlukan oleh sel-sel otak untuk berfungsi secara optimal. Hal ini dapat meningkatkan aktivitas otak dan memperbaiki fungsi kognitif seperti pemikiran, perhatian, dan memori. Selain itu, peningkatan aliran darah ke otak juga dapat membantu dalam proses neurogenesis atau pertumbuhan sel-sel otak baru, yang dapat meningkatkan plasticitas otak dan kemampuan belajar.

    Manfaat dari peningkatan sirkulasi darah ke otak melalui aktivitas fisik termasuk peningkatan fungsi kognitif seperti pemikiran yang lebih tajam, perhatian yang lebih baik, dan kemampuan memori yang lebih baik pada anak usia dini. Dengan adanya oksigen dan nutrisi yang cukup, sel-sel otak dapat bekerja secara optimal, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan belajar dan pemecahan masalah pada anak-anak. Selain itu, peningkatan sirkulasi darah ke otak juga dapat membantu dalam menjaga kesehatan otak secara keseluruhan dan mencegah gangguan kognitif di kemudian hari. Oleh karena itu, aktivitas fisik yang meningkatkan sirkulasi darah ke otak dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi perkembangan kognitif anak usia dini.Meningkatnya sirkulasi darah ke otak ini dapat meningkatkan pasokan oksigen dan nutrisi ke sel-sel otak. Hal ini mendukung fungsi otak yang optimal dan perkembangan kognitif yang sehat.

 

    Jadi jelas keliatan hubungan yang erat antara keterampilan motorik dan fungsi kognitif. Melalui aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh dan koordinasi, anak dapat mengembangkan keterampilan motorik yang juga berkontribusi pada perkembangan kognitif mereka.

    Lalu jangan cuma sekali dua kali ya bu, sebaiknya aktifitas fisik itu rutin. Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang rutin dilakukan tidak hanya berdampak pada kognisi, tetapi juga dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, termasuk aspek fisik, emosional, dan sosial. Dengan rutin berolahraga, anak-anak dapat mengembangkan kebiasaan hidup sehat sejak dini, yang dapat berdampak positif pada kesehatan mereka di masa dewasa. Selain itu, aktivitas fisik juga dapat membantu dalam mengurangi risiko obesitas, penyakit jantung, dan gangguan kesehatan lainnya. Dengan demikian, melakukan aktivitas fisik secara rutin pada anak usia dini tidak hanya mendukung perkembangan kognitif mereka, tetapi juga menjaga kesehatan secara menyeluruh.


Sumber:

A. D., & Smith, P. K. (1998). Physical activity play: The nature and function of a neglected aspect of play. Child Development, 69(3), 577-598. 

Hills, A.P., King, N.A. & Armstrong, T.P. (2007). The contribution of physical activity and sedentary behaviours to the growth and development of children and adolescents. Sports Medicine, 37(6).

McLachlan, C., Fleer, M., & Edwards, S. (2010). EARLY CHILDHOOD CURRICULUM Planning, assessment and implementation. New York: Cambridge University Press.

National Association for Sport and Physical Education (2002). Active Start: A statement of physical activity guidelines for children birth to five years. Retrieved 25/02/2009 from http:www.aahperd.org/naspe/template.cfm?template=ns_active.html

Nan Zeng, Mohammad Ayyub, Haichun Sun, Xu Wen, Ping Xiang, Zan Gao, “Effects of Physical Activity on Motor Skills and Cognitive Development in Early Childhood: A Systematic Review”, BioMed Research International, vol. 2017

Saturday, February 13, 2021

Mengenang Prie GS, Dari Saya Seorang Ibu Rumah Tangga

Saya kemarin 𝙣𝙜𝙖𝙢𝙗𝙚𝙜.
𝙉𝙜𝙜𝙤𝙣𝙙𝙪𝙠.
Bagai anak kecil yang lollipopnya direbut paksa dan tak punya kuasa.
Mau tanya “𝗸𝗲𝗻𝗮𝗽𝗮.”
Tapi kok kenapa harus 𝘁𝗮𝗻𝘆𝗮?
Pagi itu, selesai sarapan mengenyangkan perut dan mata, Andin merajuk minta mampir di playground dekat restoran di salah satu hotel di Jogja. Ya, kami memang sedang rehat sejenak, jauh dari rumah.
“𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑎𝑙𝑎𝑟𝑚 𝑏𝑢𝑛𝑦𝑖 𝑦𝑎, 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑚𝑎𝑢 𝑐ℎ𝑒𝑐𝑘 𝑜𝑢𝑡.” Kata saya mengingatkan.
“𝑂𝐾!” yang tertinggal hanya suara, karena detik berikutnya Andin sudah melesat memasuki playground kesayangannya.

Di dalam playground ada perpustakaan kecil, tak banyak buku, tapi menarik. Sambil menemani Andin yang asyik sendiri, saya melihat-lihat buku yang ada. Lalu detik berikutnya HP saya berbunyi. Bunyi yang sama, namun mengabarkan sesuatu yang berbeda.
“𝑀𝑎𝑠 𝑃𝑟𝑖𝑒 𝐺𝑆 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙.” Kata bapak Hen tanpa 𝙩𝙚𝙙𝙚𝙣𝙜 𝙖𝙡𝙞𝙣𝙜-𝙖𝙡𝙞𝙣𝙜 seolah beliau begitu percaya, bahwa saya 𝙣𝙜𝙜𝙖𝙠 𝙥𝙖𝙥𝙖.

𝑆𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑛𝑔……
Dunia saya langsung hening.
Lagi-lagi, saya merasakan sakit di dada.
Sakit kehilangan.
Kehilangan guru, panutan, dan penulis kesayangan.

𝘽𝙚𝙩𝙖𝙥𝙖 𝙢𝙖𝙣𝙪𝙨𝙞𝙖 𝙞𝙩𝙪 𝙢𝙖𝙠𝙝𝙡𝙪𝙠 𝙩𝙖𝙣𝙥𝙖 𝙠𝙪𝙖𝙨𝙖.
𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣𝙠𝙖𝙣 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙣𝙮𝙖𝙬𝙖 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙡𝙖𝙞𝙣, 𝙣𝙮𝙖𝙬𝙖 𝙙𝙞𝙧𝙞𝙣𝙮𝙖 𝙥𝙪𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠.

Dengan mata berkaca-kaca, pikiran saya menerawang jauh, saat bertemu mas Prie. Saya mengenal beliau “lewat” bapak Hen.

“𝐴𝑛𝑎𝑘𝑚𝑢 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑘𝑒𝑖𝑏𝑢𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑖𝑏𝑢𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖. 𝐻𝑎ℎ𝑎ℎ𝑎…” Kata mas Prie sambil tertawa saat mendengar cerita perjalanan saya menjadi ibu.

“𝑈𝑏𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑚𝑢. 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ.” Kata beliau sesaat setelah meminta saya tanda tangan diatas kertas kosong selesai membaca tulisan saya.

“𝐾𝑎𝑚𝑢 𝑛𝑔𝑔𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑢𝑝𝑎𝑦𝑎 𝑎𝑝𝑎-𝑎𝑝𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑖𝑡𝑢 ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟, 𝑁𝑑𝑢𝑘. 𝑊𝑜𝑛𝑔 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑑𝑖𝑎𝑚 𝑑𝑖 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑖 𝑎𝑗𝑎, 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑠𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑎𝑑𝑎, 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑑𝑖𝑎𝑚 𝑚𝑢 𝑖𝑡𝑢 𝑏𝑖𝑐𝑎𝑟𝑎. 𝑀𝑒𝑛𝑎𝑟𝑖𝑘.” Kata mas Prie tiba-tiba, saat saya mengunyah jajanan pasar, suguhan yang beliau sajikan.
Berikutnya diikuti nasihat-nasihat tentang hidup, tulisan dan gaya bicara.
Nasihat yang sudah pasti tidak akan saya dengar lagi, kecuali saya berharap beliau menyeramahi saya dalam mimpi.


Mas Prie,
sosok ramah, yang membuat waktu begitu cepat saat berdiskusi dengannya.
Sosok yang membuat saya rela nabung bulan-bulan hanya untuk memiliki hampir semua buku-bukunya.
Memanusiakan manusia.
Menertawakan oranglain melalui dirinya.


Jika kamu ingin tertawa terbahak-bahak,
menangis sampai mengambil tissue tetangga,
bahkan menjadi penafsir sarat makna tanpa harus mengalami kejadian serupa,
maka tulisan-tulisan mas Prie jawabannya.

Bacalah!
Dan bersiaplah terpana.

Selamat jalan mas Prie.
Story teller yang saya kagumi.

-
Jogja, 13 Feb 2021
Nuri Aprilia
Dalam sepertiga malamNYA.






Wednesday, January 27, 2021

Konflik Dengan Mertua - Orangtua? Pelajari Geriatri dan Gerontologi. Apa itu?


Apa gerontologi?

Gerontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu: geros yang berarti lanjut usia dan logos yang berarti ilmu.


Maka secara etimologis gerontologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang orang lanjut usia (lansia). 

Para ahli Gerontologi menerapkan ilmu dan segenap pengetahuan yang mereka miliki untuk membantu para lansia menjalani kehidupan yang baik, sejahtera dan bahagia. 
(wikipedia.com)


Apa itu geriatri?

Geriatri berasal dari bahasa Yunani, geron yang berarti orang tua, dan teria yang artinya penanganan terhadap penyakit. Seperti yang diketahui bersama, saat seseorang memasuki usia senja, maka ia mengalami banyak masalah kesehatan.
(halodoc.com)


Kenapa sih kok papaku sekarang nggak logis banget kalau kasih pendapat?
Kenapa sih mamaku kalau malam suka ngeluh nggak bisa tidur padahal seharian nggak tidur?
Kenapa sih papaku sebelum pensiun sehat-sehat aja, kok sekarang malah sakit-sakitan?
Kenapa sih papa-mama kalau diajakin liburan bukannya seneng malah ngeluh melulu?

Ternyata salah dua jawabannya ada di ilmu ini.
So, please daripada “kenapa sih-kenapa sih” mending pelajari betul tentang geriatri & gerontologi.

Alhamdulillah banget saya disodorin “ramuan” ilmu ini dari dokter kesayangan dr.ferlianisamaharani yang datang jauh-jauh dari Jakarta di kelas #enlighteningparenting sharing special Merajut Cinta Orangtua & Mertua (MOM) di Jogja.

Ini ilmu wajib banget dipelajari yang statusnya anak, baik anak kandung maupun anak mantu 😝
Kenapa?
Saya jadi banyak ngeh-nya tentang mama-papa juga mertua.

dr. Ferlianisa atau yang akrab dipanggil dr.Rani menjelaskan bahwa sindroma geriatri itu bisa aja muncul di usia-usia sebelum 60 tahun, dimana ada penurunan fungsi dalam system tubuh.


APA SAJA SINDROMA GERIATRI?
🔴  Yang dulunya ortunya sangat logis, cekatan, nyambung kalau diajak diskusi lalu seiring bertambahnya umur jadi nggak selogis dan senyambung dulu.
Ternyata karena adanya penurunan fungsi otak.

🔴  Yang dulunya ortunya bisa denger dengan nada biasa, eh sekarang harus teriak-teriak agar mereka dengar.
Ternyata ada penurunan fungsi pendengaran.
Dan rasanya ya melelahkan harus bicara berulang-ulang dengan nada keras.
Udah gitu kadang masih ada beda pemahaman. Jangan terus kzl ya gaes.

🔴  Yang dulunya ortunya jarang sakit, eh sekarang kalau cucunya batuk jadi mudah ketularan.
Ternyata ada penurunan sistem imun, jantung dan paru-paru.
Lalu saya keinget mama mertua yang sering batuk dan sembuhnya lama💔

🔴  Kalau diajakin liburan, bukannya seneng malah ngeluh manyun mencucu.
Ya ternyata memang kondisi fisiknya sudah menurun, jadi mudah capek.
Nggak kaya kita yang kuat keliling mall seharian (kita? Aku aja kali ya 🤪🔪)

🔴. Soal makan nih. Dulu doyan A sekarang nggak doyan. Kita nganggepnya beliau pilah-pilih makanan.
Ternyata karena asam lambung mereka mudah naik efek pengosongan lambungnya lama. Jadinya lidahnya pait. So, bukan karena pilih-pilih makanan ya.

🔴. Males makan.
Makan dikit, ngeluh kenyang.
 Ternyata karena asam lambung yang mudah naik, bikin gampang mual/perut begah.
Jangan dipaksa makan 3Xsehari ya, tapi 4-5x dengan porsi yang lebih sedikit.
Karena semakin nggak makan, justru asam lambung semakin naik.
Untuk menghindari malnutrisi, kita harus kreatif sediain camilan.

Jaadiii, kalau habis masakin makanan kesukaan mertua terus responnya, “kok masakanmu nggak enak ya? Kurang asin.”
Nggak usah nangis seharian, bahkan sakit hati tujuh turunan.
Itu karena fungsi indra pengecapannya berkurang aja sis. *puk puk 😝

🔴. Ada yang semakin tua semakin berkurang indra penciumannya dan ada juga yang sebaliknya, justru semakin sensitif sama bau-bauan.
“Kamu masak apa sih? Kok mama mual ya nyium baunya.”
Yang ngomong mama mertua sambil mukanya datar, matanya mlerok. Ziiing….👻
Terus kita baper nangis dipojokan. *saya banget dulu🤪

🔴. Mudah merasa dingin.
Saya jadi ngeh kenapa mama mertua itu seneng banget pakai baju dobel sweater gitu dirumah.
Ngeh juga kenapa kok mama-papa kalau pakai ac itu suhunya di 27 derajat🤣

🔴. Bolak-balik ke kamar mandi.
Ngompol.
BAB/pup sembarangan.
Kadang ni karena mereka males bolak-balik ke kamar mandi, jadinya mereka ngurangin minum ditambah saat BAK membersihkannya nggak maksimal, akhirnya kena infeksi.
Padahal ISK lansia ini menurut dok Rani sangat bahaya, beda efeknya sama ISK di usia kita-kita
(kita? 🤣).
So, kalau liat ortu/mertua pipis/pup tiba-tiba, jangan refleks ngebentak ya.
Karena lansia ini mudah merasa depresi, tersinggung, lalu jadi menyalahkan dirinya sendiri.
Salah satu solusinya, bisa dengan pakai popok dewasa.

🔴. Ngira barangnya diambil anaknya, padahal beliau lupa sendiri.
Bolak-balik melakukan kegiatan yang sama, misal mandi 10x sehari.
Padahal tadinya mereka adalah para pejabat, pekerja keras, logis dalam berpikir, rajin baca Al-Qur’an juga buku.
Ternyata karena gangguan neurokognitif yang menyebabkan penurunan fungsi otak. Bisa jadi akibat pensiun atau kehilangan jabatan.
Paling sering terjadi pada orang yang punya sakit gula, ginjal, darah tinggi, karena obat yang mereka konsumsi.

🔴  Pakai baju tidur buat kondangan.
Kalau bicara bahasanya jadi kasar.
Bingung ngitung uangnya. Efeknya jadi mudah kena tipu.
Ternyata karena gangguan neurokognitif tadi juga mempengaruhi fungsi pengambilan keputusan.
Kata sis Rani biar kita tuanya nggak ngalamin gangguan neurokognitif, bisa dimulai dengan pilah-pilih apa yang didengar dan dibaca sejak sekarang.

🔴  Insomnia.
Ini saya jadi inget mama yang bilang susah tidur, padahal beliau bangun jam 03.00, eh malemnya masih susah tidur.
Efeknya beliau mudah emosi karena lelah pengen istirahat tapi nggak  bisa tidur tadi.
Kadang beliau minum obat yang ada efek ngantuknya. Padahal kalau keseringan juga nggak baik.
Kata sis rani, kita bisa kasih saran agar beliau nggak beraktifitas berat 3 jam sebelum tidur.
Jangan minum kopi.
Jangan makan banyak sebelum tidur.
Jangan main hp sebelum tidur.
Banyakin aktifitas yang bikin relax.

🔴  Parkinson.
Ini dialami papa di bagian tangan dan mulai menjalar ke kaki beliau.
Sebelum pensiun beliau jarang sakit dan nggak pernah ngeluh.
Eh setelah pensiun beliau jadi sakit-sakitan, bahkan nangis karena sakit lututnya.

🔴  Impotensi.
Ternyata impotensi ini berpengaruh besar terhadap kondisi psikologis lansia.


Jadi APA YANG BISA KITA LAKUKAN?
💚  Pacing dulu baru leading.
Pahami, jangan nyinyir, apalagi ngeluh di depan mereka.
Mereka mudah depresi melihat dan mendengar bahwa apa yang dialaminya ternyata menyusahkan kita.
Orangtua/mertua juga sebetulnya berusaha beradaptasi dengan berbagai perubahan fungsi tubuhnya.

Ikutin dulu deh apa maunya mereka agar terbangun kepercayaan.
Nanti kalau mereka udah percaya sama kita, maka akan mudah kita arahkan.

💚  Pastikan mereka jadi orangtua/mertua yang bahagia dan berguna.

Perasaan jadi orang yang berguna ini penting banget karena akan meningkatkan system imun dan daya juang hidup mereka.
Tapi bukan berguna buat dititipin cucu yaa. Lupikir🤪🔪

Kata dr.Rani, buat membersamai orangtua-mertua itu salah satunya membuat mereka BAHAGIA. Bahagianya bukan yang jalan-jalan keliling dunia ya gaes. Bukan! Membuat mereka nggak merasa terisolir aja udah lebih dari cukup.

Maksudnya, anak-anaknya yang sudah berkeluarga kan sibuk sendiri-sendiri ya. Ada yang sibuk kerja, sibuk ngurus anak, ada pula yang sibuk arisan. *eh
Padahal orangtua/mertua itu semakin sendirian alias terisolir tadi, maka semakin pikirannya kemana-mana.

Jadi, saran dr.Rani, daripada semua anaknya dateng bersamaan di satu waktu, mending giliran, dibuat jadwal. Kalau jauh bisa pakai telepon. Jadi orangtua-mertua nggak merasa kesepian.

Disini saya mak tratap. Rumah saya itu “5 langkah” dari rumah mertua. Tinggal ngesot sampai. Dulu saya merasa kondisi ini tak adil adanya. Alhamdulillah sekarang di titik bersyukur punya rumah “5 langkah” dari mertua. Mertua bisa tiap hari main sama Andin. Mereka jadi nggak kesepian, karena Andin bikin hidup lebih hidup. *iklan banget sih 🤪


Jadi yuk mulai pejamkan mata, membayangkan kelak kitapun menua.

Monday, April 13, 2020

MANAJEMEN KEUANGAN KELUARGA



Berikut adalah resume dialog online khusus untuk alumni Enlightening Parenting via aplikasi zoom 11 April 2020 dengan tema Manajemen Keuangan Keluarga yang dibawakan mbak Okina Fitriani dan pak Ronny Gunarto (keluarga Gunarto). Ini adalah dialog online kedua selama masa pandemi.

Saya mengetik langsung apa saja yang disampaikan mbak Okina dan pak Ronny saat dialog. Jadi telinga fokus ke suara mereka berdua, mata saya fokus ke mimik muka mbak okina dan slide yang ditampilkan beliau, tangan saya ngetak-ngetik, plus mulut saya nggak berhenti ketawa ngakak dengar dialog mbak Okina dan pak Ronny. Hahaha…

Siapa yang sudah tau tentang manajemen keuangan keluarga?

Ada baiknya sebelum membaca resume ini, silahkan disimak juga artikel yang dtulis mbak Okina di blog beliau :


Manajemen Keuangan Keluarga (MKK) itu sebetulnya apa sih?

Ada banyak referensi tentang definisi MKK. Namun, pada prinsipnya menurut pak Ronny, MKK adalah bagaimana aktifitas-aktifitas kita dalam mendapatkan pendanaan dan bagaimana sebuah keluarga mengelola dan membelanjakannya sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Karena ini Manajemen Keuangan Keluarga tentunya tujuannya adalah tujuan dalam keluarga tersebut.
Jadi, jika bicara MKK, maka berkaitan dengan bagaimana visi misi dan values dalam keluarga tersebut. Misalnya value dalam memandang uang, dll.


Kenapa sebuah keluarga perlu memiliki Manajemen Keuangan Keluarga?

(Okina Fitriani)


1.    Menuju rejeki yang bermanfaat dan barokah.
Karena setiap rejeki yang kita dapatkan, pasti harus kita pertanggungjawabkan.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُؤْمِنِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ

Orang beriman yang miskin akan masuk surga sebelum orang-orang kaya yaitu lebih dulu setengah hari yang sama dengan 500 tahun.”
(HR. Ibnu Majah no. 4122 dan Tirmidzi no. 2353)

وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”
(QS. Al Hajj: 47)

Satu hari di akhirat sama dengan seribu tahun di dunia. Jadi, setengah hari di akhirat itu sama dengan 500 tahun di dunia. Wuuah…
Bisa dibayangkan lamanya ya.

Kenapa kok orang kaya lebih lama masuk surganya daripada orang miskin?
Karena semakin banyak rejeki yang diterima, maka akan semakin lama proses hisabnya. Kita akan mempertanggungjawabkan bagaimana mendapatkan dan membelanjakannya.
Disinilah pentingnya MKK, yaitu untuk meyakinkan bahwa rejeki yang didapat itu digunakan untuk sesautu yang bermanfaat dan barokah baik dunia maupun akherat.

2.    Optimalisasi penghasilan (kebutuhan dan prioritas).
Kalau kata pak Ronny nih ya, selama kita nggak punya pohon uang atau bebek yang bertelur emas (hahahaha…), maka amat sangat perlu yang namanya optimalisasi apa yang kita punya, karena dana atau uang yang didapat kan sifatnya terbatas.

Dalam optimalisasi ada yang namanya skala prioritas, yaitu membedakan mana yang kebutuhan dan mana yang hanya sekedar keinginan. Kemampuan diri untuk mampu menggolongkan antara kebutuhan dan keinginan menjadi salah satu cara jitu untuk mengoptimalkan kondisi keuangan

Lalu bagaimana membedakan kebutuhan dan keinginan?
Pakai contoh aja ya biar mudah.
Misalnya nih sebuah keluarga membutuhkan kendaraan untuk aktifitas seluruh anggota keluarganya bersama-sama. Lalu keluarga tersebut membeli mobil merk X, maka ini termasuk kebutuhan.
Taaapiiii, ternyata si ayah kekeh sumekeh beli mobil merk Z yang harganya berkali-kali lipat dari merk X, dengan alasan “suka”, maka itu termasuk keinginan. Ehem!
Mana suaranya duhai para ayaaaah??? Hahahaha….

Contoh lain misalnya dalam hal makan.
Sebuah keluarga untuk hidup sehari-hari, maka makan biasa dengan lauk pauk yang sehat 3x sehari termasuk dalam ranah kebutuhan. Namun, jika keluarga tersebut memilih makan di restoran setiap hari atau setiap akhir pekan, maka ini termasuk keinginan.

Jadi, penting sebuah keluarga mampu membuat skala prioritas dan memilah antara kebutuhan dan keinginan.

3.    Antisipasi kebutuhan masa depan.
MKK bukan hanya tentang bagaimana sebuah keluarga hidup saat ini. Tapi, juga bagaimana untuk mengantisipasi masa depan. Antisipasi ini tentang apa saja sih yang dibutuhkan di masa depan, berapa besaran dana yang harus disisihkan dari sekarang dan bagaimana pengelolaannya.

4.    Mencapai cashflow yang sehat.
Tentu setiap keluarga menginginkan cashflow keluarga mereka sehat. Jangan sampai pendapatan yang didapat tiap bulan langsung habis untuk bayar hutang.

5.    Rumah tangga harmonis.
Keuangan itu adalah ranah yang sensitive dan sering menjadi sumber keributan pasangan suami-istri. Maka, mari memulai MKK untuk mencapai rumah tangga yang harmonis.



Ekonomi Dalam Rumah Tangga

(Okina Fitriani)


Pak Ronny menceritakan tentang perceraian di Indonesia. Ternyata sepertiga alasan perceraian itu karena alasan ekonomi. Selain itu, di negara-negara yang pendapatan perkapitanya tinggi, perceraiannya juga banyak yang tinggi. Maka, kesamaan pemahaman dan kemampuan mengelola keuangan menjadi penting.



Prinsip Manajemen Keuangan Keluarga

(Okina Fitriani)


Apa saja prinsip-prinsip dalam mengelola keuangan keluarga?

1.    Taat aturan agama.
Prinsip “taat” ini sesuai ya sama konsep Enlightening Parenting. Kita harus paham betul bagaimana sih sebetulnya dasar-dasar aturan dalam agama yang mengatur tentang pengelolaan keuangan dalam keluarga.

2.    Transparansi.
Kunci dari transparansi adalah komunikasi suami istri tentang kesepakatan dalam mengelola keuangan.

3.    Mendukung visi keluarga.
Dalam mengelola keuangan harus sesuai visi dan values keluarga. Bagaimana keluarga dalam memandang uang, dsb. Jadi, apa yang dilakukan dalam pengelolaan keuangan itu aplikasi atau penjabaran dari visi keluarga yang dipunya.

4.    Perencanaan dan Aktual
Dalam mengelola keuangan harus ada perencanaan dan proses evaluasi. Dari situ akan mudah terlihat pos-pos pengeluaran mana yang berlebihan dan ternyata bisa dihemat untuk membuat keuangan keluarga kita lebih sehat.

5.    Analisa Ekonomi.
Dalam mengelola keuangan kita juga melihat resiko keuangan yang ada. Analisa betul saat akan mengambil keputusan dalam sebuah investasi, termasuk tentang sekolah, tempat tinggal, dll.

6.    Adaptif dan antisipatif.
MKK harus bisa fleksibel. Ini juga sesuai ya dengan konsep Fleksibel dalam tindakan. Fleksibel menjadi penting, karena kondisi keuangan terkadang mengalami kenaikan dan penurunan. Kita juga harus bisa antisipasi terhadap berbagai kebutuhan di masa depan.

7.    Adil itu bukan berarti sama.
Adil itu menempatkan sesuai kebutuhan dan situasinya.



Dalil Manajemen Keuangan Keluarga


لرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Hal ini karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.”
(QS. An-Nisa’ : 34) 

وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada istrinya dengan cara ma’ruf.”
(QS. Al Baqarah: 233)

Pada prinsipnya, jika melihat ayat diatas, maka diwajibkan bagi seorang suami untuk memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya dengan cara yang ma’ruf (baik).  Sudah menjadi ijma’ ulama, suamilah yang menafkahi, tanpa dibarengi oleh istri.

Nafkah ini meliputi makan, minum, pakaian dan rumah serta semua yang dibutuhkan oleh istri dan anak-anaknya. Sehingga wajib bagi suami untuk bekerja dengan baik melalui usaha yang halal. Lalu, sang istri bertanggung jawab mengelola dan merawat apa yang didapatkan suami sebagai aset keluarga.

Nafkah juga diberikan sesuai dengan kemampuan dan keadaan suami secara materi. Allah swt tidak akan membebani seseorang melebihi kekayaan dan kemampuannya.


أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ وَتَكْسُوَهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ – أَوِ اكْتَسَبْتَ – وَلاَ تَضْرِبِ الْوَجْهَ وَلاَ تُقَبِّحْ وَلاَ تَهْجُرْ إِلاَّ فِى الْبَيْتِ

“Engkau memberinya makan sebagaimana engkau makan. Engkau memberinya pakaian sebagaimana engkau berpakaian -atau engkau usahakan-, dan engkau tidak memukul istrimu di wajahnya, dan engkau tidak menjelek-jelekkannya serta tidak memboikotnya (dalam rangka nasehat) selain di rumah”
(HR. Abu Daud no. 2142)

Hadist diatas menjelaskan bahwa suami memberikan makan istri dengan makanan yang dia makan. Suami juga memberikan pakaian kepada istri dengan pakaian yang dia pakai. Makna “pakaian yang sama” bukan berarti harus sama bentuknya, tapi bisa juga dimaknai dengan harga atau kualitas yang sama. Misal suami pakai kaos merk X yang satunya harganya sekian juta rupiah, maka istri juga diberikan pakaian dengan kualitas yang sama.
Ehem!
Hahahahha…

وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”
(QS. Al Furqan: 67)

Ayat diatas menjelaskan tentang bagaimana seharusnya dalam membelanjakan rejeki yang kita terima. Sebaiknya tidak berlebihan dan tidak juga lantas jadi kikir. Jadi, sebaiknya di tengah-tengah saja.

Kikir itu yang bagaimana?
Menurut Imam Al Ghazali, orang kikir adalah orang yang menahan diri dari apa-apa yang semestinya dia tidak  boleh menahannya, baik dalam hal hukum syari’at atau yang berkaitan dengan harga diri, hal ini tidak bisa terperinci kadarnya. Ini ada di kitab ihya’ Ulumud Din dan pernah juga saya dengar dalam kajian Gus Baha di kitab Nashoihul “Ibad.


لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ ۖ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ ۚ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا ۚ سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.”
(QS. Ath-Thalaq : 7)

Pak Ronny menjelaskan maksud dari ayat tersebut adalah jika para suami yang diberikan keluasan rejeki, tetapi menahan memberikan nafkah terhadap keluarganya, maka itu jelas dilarang dan masuk ke definisi kikir dari Imam Al Ghazali. Jadi, kalau bisa kasih nafkah X rupiah, ya kasihlah X rupiah, jangan lantas dithan-tahan jadi hanya memberikan setengah X rupiah, misalnya.


حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ فَالْإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَهِيَ مَسْئُولَةٌ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ

"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan seorang budak juga pemimpin atas atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggungjawabannya. Sungguh setiap kalain adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya."
(Hadits Al-Bukhari : 4789)

Arti kata pemimpin diatas bisa juga dimaknai dengan pengelola atau pengurus. Jadi jelas ya bahwa suami adalah pemimpin atas keluarganya dan istri adalah pemimpin atas rumah suaminya. Untuk itulah suami istri perlu saling bekerjasama. Suami mencari nafkah dan istri yang mengelola harta yang didapat suami. Kelak masing-masing dari kita akan dimintai pertanggungjawabannya atas apa yang dipimpinnya.

Saran dari pak Ronny, jika ternyata istri belum mampu dalam mengelola harta suami, maka suami bisa mengajarkan atau memfasilitasi istri untuk belajar agar menjadi istri yang kompeten dan cukup ilmu dalam menjadi “pemimpin atas rumah suaminya”.

“Aku berkata: Wahai Rasullulloh saw, sesungguhnya sebagian dari taubatku adalah aku berkehendak melepaskan diri dari seluruh hartaku sebagai sedekah di jalan Allah dan Rasul-Nya.
Maka beliau bersabda: Simpanlah sebagian hartamu karena itu lebih baik bagimu.
Aku berkata lagi: Sesungguhnya aku menyimpan bagianku yang ada di tanah Khaibar.”
(HR. Bukhari: 2552)

Hadist diatas menjelaskan, anjuran agar kita tidak menghabiskan seluruh hartanya saat itu juga sekalipun itu untuk bersedekah. Sebaiknya punya system pengelolaan harta atau keuangan untuk disimpan demi masa depan. Hal ini juga pernah diriwayatkan saat nabi Yusuf as menyimpan hasil panen yang didapat untuk mencukupi kebutuhan 7 tahun ke depan.

“Satu dinar yang kau infakkan di jalan Allah, satu dinar yang kau infakkan pada hamba sahaya, satu dinar yang kau sedekahkan kepada seorang miskin, dan satu dinar yang kau infakkan kepada keluargamu. Yang paling besar pahalanya adalah yang kau infakkan kepada keluargamu.”
(H.R. Muslim)

Nah, ternyata ada landasannya jika kita bersedekah ke keluarga itu pahalanya lebih besar daripada yang kita berikan kepada yatim, dhuafa atau fakir miskin lainnya yang bukan keluarga.
Jadi, mari suami sering-sering bersedekah untuk istri ya!
Eh istrinya juga ding. Hahahaha


Bagaimana Pendapatan Untuk Istri Yang bekerja?

Memberikan nafkah keluarga merupakan beban kewajiban syariat untuk para suami. Wanita tidak wajib untuk menanggung nafkah keluarga. Namun ada juga kondisi dimana istri ikut bekerja. Nah, bagaimana si seharusnya pengelolaan penghasilan yang diterima istri yang bekerja?

Gaji, pendapatan, atau uang milik isteri yang didapatkannya dari jalan yang diperbolehkan syariat, secara penuh menjadi hak milik isteri. Suami tidak punya hak sedikit pun dari harta tersebut. Uang atau harta isteri tidak boleh dimanfaatkan kecuali dengan keridhaan dan kerelaan sang istri. Jika sang istri ridha dan rela pendapatan atau hartanya digunakan suami, maka akan dihitung sebagai sedekah atau infaq.

Menurut Syekh al-Qaradhawi, kalaupun ada wanita yang menginfakkan hartanya untuk keluarga, hal itu hanya merupakan sikap tolong-menolong dan akhlaknya (etika) sebagai seorang istri. Jadi, bukan karena keharusan atau kewajiban yang harus ia penuhi. 


Rujukan Alokasi Pendapatan

Pak Ronny menjelaskan alokasi pembagian pendapatan dalam keluarga dengan referensi dari OJK.


Menurut pak Ronny setiap keluarga tidak harus sama seperti itu, tapi disesuaikan dengan kondisi keluarganya. Seperti dalam MKK keluarga Gunarto, untuk alokasi dana pendidikan lebih dari 10% karena salah satu putranya sedang belajar di luar negri. Lalu keluarga Gunarto juga tidak ada dana pensiun yang diterima dari kantor, maka mereka berdua harus mengelolanya sendiri, yaitu dengan mengambil pos lebih besar dari 10%. Di keluarga Gunarto juga tidak menggunakan istilah “darurat”, “masa sulit”  yang bernuansa negative, semua simpanan dan tabungan ya simply disebut “saving”.


Kondisi Keuangan Yang Sehat



Kondisi keuangan sebuah keluarga dikatakan sehat jika :

1.    Dana tunai > 4x kebutuhan bulanan.
Dana tunai yang tersimpan setidaknya 4x kebutuhan bulanan. Saran dari pak Ronny agar dana tunai yang tersimpan sebaiknya lebih dari 4x kebutuhan, karena kondisi pasar kadang naik dan turun.
Dana tunai ini untuk berjaga-jaga seandainya kehilangan penghasilan, kondisi pasar berubah, dll. Dana tunai yang penting bersifat liquid atau cepat dicairkan dan tidak harus berbentuk uang, namun bisa juga berbentuk emas. Tanah bukan termasuk dana liquid, karena untuk jual tanah butuh waktu yang cukup lama.

Dalam Islam ada contoh untuk memiliki dana simpanan yang cukup untuk hidup 1 tahun, sebagai berikut :

Dari Umar radhiyallahu anhu berkata : “Rasulullah membeli kurma dari Bani Nadhir dan menyimpan untuk keluarganya makanan itu untuk setahun."
( Hadis Sahih Bukhari No.5042).

2. Jumlah cicilan  35% penghasilan bulanan.
Jika  cicilan 20% itu ideal, 35% itu sudah maksimal. Lebih bagus lagi tidak ada cicilan, ya kaaan. Aamiin..
Cicilan ini misalnya pinjaman rumah, cicilan kendaraan, dll.

3.    Tabungan 10% penghasilan bulanan.
Tabungan ini maksudnya untuk kebutuhan-kebutuhan di masa depan. Bisa untuk dana anak sekolah, dana pensiun, dll. Kondisi yang sehat adalah jika kita bisa mengalokasikan lebih dari 10% pendapatan tiap bulan untuk ditabung. Saran dari pak Ronny, jika kita tidak punya dana pensiun yang biasanya diberikan sebagai fasilitas dari perusahaan, maka sebaiknya pos untuk tabungan ini lebih besar dari 10%.


(Okina Fitriani)


Untuk mengelola keuangan ada berbagai aplikasi atau cara yang bisa digunakan, yaitu :
1.    Bisa dengan menginstall aplikasi di ponsel atau computer.
Aplikasi ini ada banyak, jadi dibandingkan saja mana yang paling sesuai untuk kondisi keluarganya.
2.    Bisa juga menggunakan excel dan pembukuan manual.
3.    Pakai sistem amplop.
Nanti diamplop ditulis untuk apa saja uang dalam amplop itu. Kuncinya adalah disiplin. Jangan karena pakai amplop, lalu saat pos amplop yang lain sudah habis, kita ambil dari pos amplop lainnya.

Jadi, pilihlah yang paling memudahkan kita dalam mengelola keuangan keluarga.


Alokasi Pendapatan

 Keluarga Gunarto membagi  keuangan keluarga menjadi 3 pos utama :
  1. Uang Keluarga
  2. Uang pribadi istri
  3. Uang pribadi suami
Pembagian ini bisa dimasukkan dalam rekening yang berbeda atau bisa juga menggunakan sistem amplop, tergantung kondisi keluarga masing-masing. Pilihlah cara yang paling memudahkan dan nyaman digunakan sehari-hari.

1.    Uang Keluarga
Uang keluarga ini bisa bersumber dari pendapatan suami, pendapatan istri (yang secara ikhlas sebagai kontribusi kepada keluarga) dan hasil investasi keluarga (yaitu keuntungan yang sudah menjadi hak, bukan pemasukan kotor dari bisnis). Uang keluarga dibagi lagi menjadi 2 jenis :

Current
Current ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dalam satu bulan. Meliputi pengeluaran rutin, belanja, SPP anak, bantuan untuk orang tua (extended family), sumber uang pribadi istri dan uang pribadi suami.
Buatlah daftar kebutuhan rutin bulanan untuk menentukan jumlahnya.

Saving
Saving ini digunakan sebagai simpanan dan penggunaan konsumsi jangka panjang seperti rumah, mobil, uang masuk sekolah, dana pensiun, uang kesehatan, dll.

2.    Uang Pribadi Istri
Uang pribadi istri adalah pendapatan istri ditambah uang “gaji istri” dari suami jika mampu. Dalam pembukuan, gaji istri masuk sebagai dana current.
“Gaji istri” bisa berupa persentase atau nominal tertentu. Tentu tidak akan ada nilai yang pantas untuk menggaji istri. Tetapi ini adalah uang yang tidak perlu “ditanyakan” penggunaannya. Nilainya pun tergantung kemampuan.
Apa saja yang dicover dengan uang ini juga sangat tergantung kondisi ekonomi keluarga. Mau meng-cover uang ke salon, untuk menabung membeli branded items silahkan tergantung kesepakatan masing-masing. Jika tadi disebutkan bahwa bantuan untuk ayah ibu kandung dan mertua diambil dari UK dalam jumlah yang sudah ditentukan, maka jika ada hal-hal di luar itu boleh juga istri menambahkan bantuan dari uang ini.
Pendapatan istri juga boleh digunakan untuk mendukung uang keluarga, membeli kebutuhan jangka Panjang seperti rumah dan mobil, tergantung kerelaan istri. Keluarga Gunarto pernah mengalami 3 periode alokasi pendapatan istri yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi keluarga.


3.    Uang Pribadi Suami
Intinya sama dengan uang pribadi istri. Jika suami menyerahkan 100% pendapatannya ke uang keluarga, maka uang pribadi suami sumber dananya diambil dari Uang Keluarga yang berhak dipergunakan suami tanpa dipertanyakan. Tetapi jika suami tidak menyerahkan 100% pendapatannya ke Uang Keluarga, berarti bagian yang tidak diserahkan itu. Lagi-lagi tergantung kesepakatan. Jika sudah disetujui seperti ini sejak awal, maka tidak boleh dipermasalahkan di kemudian hari. Alangkah baiknya jika besarannya diketahui kedua belah pihak. Mau dipakai untuk apa? BEBAS tetapi tentu sesuai dengan value keluarga. Jika valuenya taat, tentu harus sesuai syariat.

Kenapa harus ada pos Uang Pribadi Suami dan Uang Pribadi Istri?

Agar keinginan kita bisa dikendalikan.
Misal nih ya suami hobi membeli jam yang harganya selangit, maka untuk memenuhi hobinya ini si suami harus “menabung” dengan Uang Pribadi Suami sampai jumlahnya mencukupi untuk memuaskan hobinya.
Sebaliknya kalau yang hobi membeli ini itu adalah istri, maka istri juga harus memenuhi hobinya dari Uang Pribadi Istri.
Untuk urusan hobi ini, maka dilarang menggunakan Uang Keluarga. Jadi, keinginan kita juga bisa di control.

  








MKK dalam keluarga pak Ronny dan mbak Oki mengalami beberapa kali perubahan. Ada naik turun dalam pendapatan juga pengeluaran. Tahun 2000 saat mbak Okina dan pak Ronny masih bekerja dan pendapatannya belum sebesar sekarang, maka pendapatan mereka berdua masuk ke Uang Keluarga. Lalu disisihkan sedikit untuk “uang pribadi suami” juga “uang pribadi istri”.

Pak Ronny dan mbak Okina juga mengalami masa dimana harus patungan untuk membeli mobil dan melunasi pinjaman tanpa bunga untuk membeli rumah dari fasilitas yang kantor berikan di tahun 2004 saat memutuskan resign.


Mengaplikasikan Manajemen Keuangan Keluarga



Dalam mengaplikasikan Manajemen Keuangan Keluarga, ada beberapa hal yang harus dicermati, yaitu :

1.    Mengikuti al-qur’an dan hadist.
Sebagai bagian dari taat, maka kita mengikuti bagaimana agama mengatur tentang pengelolaan keuangan ini.

2.    Prinsip dasar disepakati sebelum menikah dan direview secara periodic.
Jika sebelum menikah belum menyepakati MKK ini ya sekarang saja tinggal dimulai dan mereview secara periodic. Kan tidak ada kata terlambat sebelum ajal menjelang.

3.    Transparansi
Semua account bisa diakses baik oleh suami maupun istri.
Jika ingin berinvestasi maka harus disetujui dan disepakati resikonya pula secara bersama.

4.    Adaptif dan antisipatif
Kemungkinan perubahan harus didiskusikan secara terbuka dan siap dengan perubahan apa saja.
Selain berdiskusi dengan pasangan. Diskusi juga dengan anak jika terjadi sesuatu.

5.    Visi keluarga.
MKK harus sejalan dengan visi keluarga, misal dalam hal membahagiakan orang tua, bagaimana aplikasinya dari pos yang sudah kita kelola dalam keuangan keluarga.
Hati-hati juga dalam menghitung zakat. Pemilihan investasi juga yang sesuai dengan visi keluarga, misal syar’I, dll.

6.    Bantuan untuk keluarga suami dan istri tidak sama, tergantung kondisi dan kebutuhan.
Misal ternyata keluarga suami kedua orangtuanya tidak ada penghasilan, sedangkan kedua orangtua istri masih ada uang pensiun, maka boleh saja pos memberi bantuan ke keluarga suami lebih besar dari keluarga istri. Tinggal sepakati saja bersama. Kuncinya adalah komunikasi suami-istri.

7.    Wajib melakukan perencanaan dan reviewing
Perencaaan dan reviewing ini yang santai saja, misal sambil pillowtalk gitu, nggak usah yang serius-serius kek mau sidang pengadilan. Hahaha…


Mengajarkan Anak Mengelola Keuangan


Banyak pertanyaan tentang kapankah sebetulnya waktu yang tepat untuk mengajarkan pada anak tentang cara mengelola uang?

Mbak Oki menjelaskan bahwa waktu yang tepat untuk mengelola uang adalah jika anak sudah berakal, kurang lebih di usia 10 tahun.

Jangan pernah menggunakan system “menggaji” anak untuk mengerjakan tugas rumah tangga. Rumah itu milik bersama, maka membersihkan dan menjaga rumah adalah kewajiban seluruh keluarga. Kita bisa memberikan apresiasi dengan pujian efektif ala Enlightening Parenting dengan tulus ketika anak mengerjakannya. Untuk detailnya bisa dibaca di sini :

Keluarga Gunarto tidak menyarankan kesepakatan dengan reward untuk pekerjaan rumah karena hal di atas. Rewardnya ya apresiasi. Sesekali boleh saja diberikan reward seperti ibu memasak masakan spesial atau boleh memilih resto kesukaannya kalau makan di luar, sambil bilang, “makasih ya, Nak sudah jadi anggota keluraga yang konsisten.” Tapi, tidak dijadikan kesepakatan harus reward tertentu dan setiap kali diberikan. Jadi, kalau reward ini merupakan pendamping ucapan terimakasih karena telah menjadi anggota keluarga yg menjalankan values. Rayakan bersama.

Mengajarkan anak mengelola uang, maka sangat berkaitan dengan family values. Keluarga perlu punya definisi yang sama tentang uang, tentang merawat milik bersama, tentang ibadah, tentang menumbuhkan rasa cinta pada kitabullah. Sungguh mengerikan jika segala sesuatu bahkan ibadahpun dikaitkan dengan uang. Uang jadi raja.

Alangkah nikmatnya ketika kita berkumpul di dapur yang satu masak, yang satu cuci piring, yang satu buang sampah sambil tertawa. Menghidupkan rasa syukur bahwa Tuhan beri kita kesempatan hidup bersama, punya rumah yang perlu dirawat, punya kitab suci yang bisa jadi rujukan masalah , punya kesempatan hidup. Bergantian azan di rumah lalu berjamaah dan ditutup dengan berpelukan .  Live our life.

“Nak, ini uang buat ditabung ya.”
“Nak ini uang untuk sedekah.”
Lho ini mengajarkan anak hidup hemat dan ikhlas bersedekah atau sekedar mengajarkan anak menuruti perintah?
Padahal itu uang siapa? Uang anak atau uang orang tua?
Yang nabung siapa yang sedekah siapa?
Bukankah itu berarti anak menabung uang orang tuanya dan sedekah dari yang bukan miliknya?
Lalu dimana letak penghematannya?
Darimana muncul rasa ikhlasnya?



Mbak Okina menjelaskan bahwa ada beberapa tahap untuk mengajarkan anak mengelola keuangan :

1.    Mengajarkan anak perbedaan keinginan dan kebutuhan.
Jika ingin mengajarkan anak tentang kesederhanaan, ajarkan bukan tentang nominal uang, tetapi bagaimana membedakan kebutuhan dan keinginan. Belajar hidup sederhana artinya anak tahu apa yang dibutuhkan bukan sekedar diinginkan, kriterianya apa, dibeli atau dibuat sendiri, jika perlu membeli sesuaikan antara kriteria dan harga.

2.    Ajarkan ke anak bahwa jajan bukan kegiatan harian.
Di keluarga Gunarto, uang yang dibawakan anak ke sekolah hanya uang makan siang dan uang sarapan, tidak ada uang untuk jajan. Jika ingin jajan, hanya pada kondisi tertentu, misal nonton bioskop. Jangan biasakan anak setiap hari ke warung untuk membeli jajan ini itu.

3.    Jika sudah berakal ± usia 10 tahun:
-Mulai ajarkan membuat anggaran kebutuhan, bisa harian  atau mingguan.
-Membuat laporan penggunaan untuk membangun sikap jujur dan amanah.
-Evaluasi :
Jika ternyata anak melakukan kesalahan dalam anggaran yang dibuat, maka lakukan evaluasi dan perbaikan. Tidak perlu dimarah-marahi.
Jika ternyata ada sisa anggaran bisa karena anak berhemat atau karena lain hal, maka sisa itu hadiahkan sebagai hak. Uang ini bisa digunakan anak sebagai sumber tabungan pribadi dan sedekah pribadinya.

4.    Jika anak mendapat hadiah (uang lebaran, dll), maka itu menajdi jadi hak pribadi anak.
Ajarkan ke anak cara mengelolanya. Berapa yang dibelanjakan, berapa yang ditabung dan kembali ke poin satu tentang keinginan dan kebutuhan.

5.    Anak umur 12-13 tahun mulai ajarkan earn a living.
Misal dengan jualan pisang goreng ke tetangga, mencuci mobil tetangga, dll.


"Dalam hal Mengelola Keuangan Keluarga kadang kita lalai, mengapa?
Karena menganggap itu uang milik kitaCoba jika kita menjadi bendahara organisasi atau finance dept kantor?
Kita akan sangat berhati-hati karena takut diaudit. Dikiranya kalau harta amanah Tuhan yang dititipkan ke kita tidak diaudit?
Padahal Allah swt itu yang Maha Menghitung.
Kira-kira auditnya akan lebih teliti tidak ya dari auditor dunia?"
-Okina Fitriani- 


Sesi Tanya-Jawab

1.    Apakah pengeluaran dari pagi sampai tidur harus ditulis semua?
Jawab :
Yang harus itu sholat! Hihihi…
Ditulis atau tidak itu tergantung kondisi keuangan masing-masing keluarga. Jika ingin disiplin ya ditulis.
Dengan ditulis akan terlihat detail pengeluaran kita, jadi jika ingin berhemat, maka kita mudah melakukan evaluasi, pos mana yang seharusnya dikurangi pengeluarannya.

2.    Apakah harus di buat detail pengeluaran dan pemasukan dan bagaimana agar disiplin membuat detail pengeluaran dan pemasukan?
Jawab :
Ya.
Tipsnya agar disiplin ya disiplin itu sendiri. Buat anchor semangat. Taroh “strong why” kenapa kita harus melakukan ini.

3.    Penghasilan suami tidak tetap, terkadang dapat uang 2 atau 3 bulan sekali dan saat dapat uang ternyata masih tidak mencukupi untuk kebutuhan rumah tangga. Bagaimana mengatur keuangan saat kondisinya demikian?
Jawab :
Untuk kondisi keuangan yang tidak tetap, maka jumlahkan pendapatan dalam satu tahun, lalu bagi 12 bulan. Setelah itu mulai buat “pie” pembagian pos seperti contoh dari OJK.
Cek bersama pasangan tentang kondisi keuangan keluarga. Jangan-jangan kondisi keuangannya tidak sehat. Cek apakah ada cicilan pinjaman yang terlalu besar dan pos-pos belanja yang melebihi kebutuhan?
Kalau ternyata kondisi keuangan memang betul-betul dalam kondisi “tight”, maka mari pasangan suami istri saling support bersama. Apa yang bisa dikurangi dari pengeluaran sekarangi? Misal dengan berhemat tidak membeli kebutuhan selain kebutuhan pokok keluarga atau bisa juga istri membantu untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Bersinergi bersama.

4.    Adakah formulasi yang tepat untuk “uang pribadi istri” dan “uang pribadi suami”?
Jawab:
Tidak ada formulasi yang tepat. Uang pribadi baik istri maupun suami tergantung pada kesepakatan bersama saja berdasarkan pie chart keuangan keluarga. Nominalnya tidak perlu terlalu besar.
Untuk keluarga Gunarto besaran uang pribadi baik istri maupun suami kurang lebih 5%.

Misal ternyata suami kerja kantoran dan tiap hari harus makan siang di kantor. Maka uang makan siang suami ini masuk ke pos current, lalu ditambahkan dengan uang pribadi suami. Namun, kalau untuk urusan hobi atau foya-foya tadi ya tidak usah terlalu besar, termasuk untuk istri apalagi jika ternyata istri punya pendapatan sendiri.

5.    Masuk kemanakah bantuan sedekah?
Jawab :
Dana sedekah masuk ke current. Sepakati besarannya bersama pasangan. Dana sedekah ini terpisah dengan dana untuk orangtua. Jika ternyata orangtua meminta bantuan yang nominalnya besar dan ternyata tidak mencukupi dari dana orangtua, maka bisa mengambil dari pos “uang pribadi istri” atau “uang pribadi suami”.

6.    Selama ini suami memberikan uang belanja tetap tiap bulan, namun suami tidak pernah memberi tahu berapa besaran pendapatan yang dia terima tiap bulan. Bagaimana menyikapi ini?
Jawab :
Jika ternyata dengan mengetahui berapa besaran pendapatan suami tiap bulan ternyata lebih menenangkan kita, ya mbok tinggal bilang aja, tanyakan. Tapi, secara aturan agama memang suami tidak wajib memberi tau istri.
Namun, kita juga harus cek ke diri sendiri, terkadang suami nggak mau kasih tau berapa besaran pendapatannya karena istri suka rungsing panik sendiri. Maka, sebaiknya kita sebagai istri ya harus jadi istri yang tenang dan bijak.

7.    Kalau ternyata pedapatan tiba-tiba menurun bagaimana menyikapinya?
Jawab :
Kalau pendapatan kita menurun drastic, ya pengeluaran kita juga diturunkan drastis.
Cek pos-pos pengeluaran, bagian mana saja yang harus dihemat. Untuk yang sifatnya bukan kebutuhan dasar, maka perlu dipangkas.
Misal ternyata karena kondisi keuangan yang menurun maka harus pindah sekolah ke sekolah yang biasa ya ayok dilakukan. Jangan dijadikan masalah. Jangan sampai karena kita gengsi, takut omongan orang, justru membuat kita jadi susah sendiri. Diskusikan dengan anak. Inilah kenapa kita harus punya value yang kuat. Tidak menyangkutkan identitas diri dengan hal-hal seperti gengsi dan nyinyiran orang.

8.    Bagaimana menyiapkan dana pensiun?
Jawab :
Pakai saving tadi. Oleh karena itu saving sebaiknya lebih dari 10% jika tidak punya dana pension dari perusahaan.

9.    Ada kerabat dekat yang orangtuanya terlalu boros dalam mengelola uang, bahkan sampai rumah terjual dan ada tagihan kartu kredit. Bagaimana saya menyikapi kondisi demikian sebagai kerabatnya?
Jawab:
Ajari kerabat kita itu menjadi asertif. Kalau pembayaran kartu kredit itu dari hasil pendapatan orangtua beliau sendiri ya nggak masalah. Namun, jika ternyata beliau sendiri nggak mampu membayarnya, ya itu jadi masalah. Kecuali sudah dementia.
Maka, ya kerabat tersebut harus bisa tegas. Potong kartu kreditnya atau ya jangan dibayar tagihannya. Kalau ternyata orangtuanya harus dikejar debt collector karena tunggakan kartu kredit ya itu adalah bagian dari pembelajaran. Kita juga perlu membuat seseorang menanggung hasil dari perbuatannya sendiri.

Namun, jika kita bisa membangun kedekatan, maka sebetulnya akan mudah saja meminta oranglain mengikuti saran kita. Kegagalan biasanya hanya karena kedekatan belum terbangun dengan baik.

10.  Bagaimana untuk asuransi jiwa?
Jawab :
Keluarga Gunarto tidak punya suransi jiwa kecuali yang diberikan oleh kantor sebagai fasilitas. Pak Ronny dan mbak Oki sudah menghitung besaran biaya sampai anak selesai sekolah dan insyaalloh itu cukup di pos “saving”.
Jika kita mati, maka rejeki kita yang habis. Yang masih hidup masih dijamin rejeki olehNya. Selebihnya Lillahita’ala. La tahzan, tidak perlu bersedih, sesungguhnya Alloh swt bersama kita.

11.  Perlukah suami menginformasikan pendapatannya kepada istri?
Jawab :
Tergantung kesepakatan. Menginformasikan ini untuk keluarga Gunarto juga sebagai “penjagaan”. Misalnya mbak Okina, karena beliau ingin memastikan pendapatan suaminya halal, maka transparansi menjadi penting. Jika tiba-tiba beliau melihat ada uang masuk dalam jumlah besar yang tidak wajar, maka beliau akan segera mempertanyakannya. Namun, Alhamdulillah sampai saat ini kondisi tersebut tidak dialami.

12. Bagaimana cara bijak saat ada diskon besar-besaran padahal uang bulan itu belum mencukupi untuk membelinya, namun jika menunggu bulan depan, maka barang tersebut sudah tidak diskon lagi?
Jawab :
Kita pakai prediksi. Ada yang namanya kebutuhan bulanan, namun ada juga yang sifatnya tahunan. Pos keuangan untuk hal-hal tertentu bisa bersifat fleksibel.
Misal akan beli kompor yang sifatnya adalah kebutuhan tahunan dan kebetulan bulan ini diskon, namun uang untuk membelinya baru mencukupi di bulan depan. Maka, kita bisa menggunakan uang saving untuk keperluan ini, dengan catatan pos untuk bulan depan kembali dimasukkan ke saving. Makanya pencatatan itu sangat penting.
Itulah kenapa kita harus punya daftar pengeluaran bulanan dan tahunan.

13. Untuk belanja, bagaimana pencatatan dalam keluarga Gunarto, apakah dicatat dengan detail atau tidak? Misal beli beras berapa, minyak berapa, dll?
Jawab :
Untuk kebutuhan belanja, mbak Okina menulis secara global. Misal groceries minggu ke 1 berapa yang sudah termasuk didalamnya biaya makan seluruh keluarga seminggu termasuk asisten dll.

14.  Sebaiknya dana investasi diambil dari pos mana?
Jawab :
Dari pos saving.

15. Boleh sharing contoh investasi dalam kelaurga Gunarto berupa apa saja dan jenis investasinya apa?
Jawab :
Sempat membuat klinik kesehatan bersama teman dan hasilnya dibagi dua.
Lalu ada juga investasi properti. Ada lahan dibangun, lalu dijual, dan hasilnya dibagi bersama. Investasi property ini juga ada yang untung besar, namun ada juga yang hancur lebur, maka penting untuk mengecek keamanahan dari rekan kerja kita.
Ada juga sukuk.

16. Kapan orang tua bisa memberikan uang extra ke anak diluar uang anggaran yang sudah disepakati?
Jawab :
Kalau anak sudah bisa budgeting dan harus ada akadnya. Ini uang apa, digunakan untuk apa, budgetingnya nanti bagaimana.
Walaupun rejeki keluarga adalah rejeki anak juga, tapi anak harus tau bagaimana mendapatkannya dan bagaimana mengeluarkannya.
Yang utama adalah berikan pemahaman ke anak bahwa rejeki itu luas, namun yang terpenting mendapatkannya harus dengan halal.

17. Kalau biaya untuk liburan dan biaya untuk kondisi darurat, misal orang tua dirawat di RS masuk ke pos yg mana?
Jawab :
Liburan masuk current.
Orangtua masuk rumah sakit itu masuk ke saving. Namun, sebaiknya kita dan orangtua ada asuransi kesehatan yang melindungi, apalagi di banyak negara ini sudah wajib. Jika ternyata nanti ada yang tidak terbayarkan oleh asuransi kesehatan, baru diambil dari saving tadi.

18. Untuk anak usia dibawah 7 tahun jika dapat uang dari neneknya itu bagaimana status kepemilikan uangnya dan cara menjelaskan ke anak tentang status uang tersebut?
Jawab :
Berikan pemahaman ke anak uang dengan jumlah nominal yang diberikan nenek ini bisa untuk apa saja.
Kalau mbak Okina, karena eyang-eyangnya jika memberikan cucunya dalam nominal yang besar, maka tidak semua diberikan ke anak. Namun, tetap memberi tahu anak bahwa uang ini selebihnya disimpan dalam bentuk tabungan anak yang nanti jika selesai SMA akan diberikan ke dia sebagai hak dengan akad.

19. Untuk biaya kelahiran anak itu masuk kemana dan bagaimana tipsnya?
Jawab :
Untuk kebutuhan kesehatan masuk ke saving. Namun, hamil itu kan 9 bulan, nggak langsung melahirkan kan, maka yuk dari sejak kita tahu kalau hami, mulai dibuat perencanaan biaya kelahiran. Ada juga asuransi kesehatan yang melindungi biaya persalinan asal sesuai ketentuan.

20. Untuk membelikan mainan atau kebutuhan anak menggunakan dana apa ya?
Jawab :
Pakai dana current. Sudah di persiapkan dan ada budgetnya. Namun, maianan itu kan ya nggak harus tiap bulan. Penelitiannya mainan maksimal 4 saja jumlahnya.
Kalau kita mau kasih sebagai “gift” ke anak, ya pakai uang pribadi istri atau uang pribadi suami. Contoh makan es krim berdua sama mama, ya pakai uang pribadi istri.

21. Jika ada penghasilan rutin dan penghasilan dari usaha bagaimana pengaturannya agar lebih optimal?
Jawab :
Harus dipisahkan rekeningnya antara uang keluarga dengan uang usaha. Jangan dijadikan satu. Misal dari usaha kita dapat pembagian keuntungan, nah pembagian keuntungan itu sebagai pemasukan uang keluarga masuk ke rekening keluarga.

22. Hobi mengoleksi barang antik apakah termasuk dalam kategori investasi?
Jawab :
Kalau beli barang antic kita harus tau kapan akan djual, untungnya berapa. Dibedakan investasi pribadi atau investasi keluarga.Atau jadikan uang hobi salah satu pihak yang menyukainya.

23. Untuk item-item yang termasuk saving apakah dipisah accountnya? Misal dana anak sekolah, dana pensiun, dll?
Jawab :
Untuk keluarga Gunarto, accountnya jadi satu, hanya pembukuannya saja yang dipisah. Zakat maal dari saving, karena haulnya tahunan, tiap tahun dihitung lalu diambil dari saving.

24. Saya masih pake sistem amplop, tapi sering mengambil uang yg sudah diamplop untuk keinginan dadakan. Apalagi kalau ada barang diskon yang diinginkan. Bagaimana mengendalikan keinginan itu?
Jawab :
Tidak ada tips untuk disiplin kecuali disiplin!
Pakai strong why dengan Teknik NLL


25. Bagaimana pengelolaan uang saku anak, karena dari sekolah sebetulnya sudah dapat makan siang dan kalau pagi wajib sarapan (kalau tidak sarapan tidak dapat uang saku) ?
Jawab :
Di keluarga Gunarto, anak SD tidak dapat uang saku, karena di sekolahnya juga tidak ada yang namanya “jajan”.

Tapi kalau sekolah anak kita ternyata ada ada tempat jajan, ya bolehlah dikasih uang saku. Namun harus pakai budgeting dulu. Tanyakan ke anak dia sukanya jajan apa saja kalau di sekolah. Cek harganya. Sesuaikan.
Atau bisa juga sesekali bawakan bekal, jadi sehari uang saku, hari berikutnya bekal.
Jajan itu sumber dari keborosan.

26. Untuk yang belum berkeluarga, namun gajinya sama sekali tidak bisa ditabung karena ada banya tanggungan untuk kebutuhan orang tua dan adik-adik, bagaimana mengelolanya?
Jawab :
Kalau memang betul-betul kebutuhan orangtua dan adik adalah kebutuhan mendasar yang harus dicukupi dan hanya kita yang bisa mencukupi, ya bismillah diniatkan sedekah. Insyaalloh dapat ganti Alloh swt.

27. Ketika keluarga tidak punya cicilan/pinjaman yang idealnya 20% sesuai OJK, sebaiknya 20% anggaran tersebut di alokasikan kemana ya? Dan bagaimana maksudnya saat mengajak anak mengelola keuangan saat salah kok jangan sia-sia itu contohnya seperti  apa?
Jawab :
Kalau tidak ada pinjaman maka masukkan ke saving.
“Salah jangan sia-sia” maksudnya saat anak berbuat salah dalam pengelolaan anggaran ya terima saja, namun ajarkan anak untuk tau dimana letak kesalahannya lalu improvement dengan memperbaikinya.

28. Jika orangtua istri meminta biaya hidup yang jumlahnya lebih besar daripada mertua, maka ini masuk ke current atau pakai uang pribadi?
Jawab : Disepakati saja mana yang masuk ke current mana yang dari uang pribadi.

29 Bagaimana kalau suami suka meminjamkan uang ke teman dan dana tersebut suami minta dari saving, padahal kadang pinjaman itu tidak kembali dan suami tipe orang yang tidak bisa menolak jika ada yang ingin pinjam uang?
Jawab :
Ajarkan suami untuk asertif. Jika meminjamkan uang termasuk “hobi” suami, ya ambil dari uang pribadi suami. (hihihi…)

30. Untuk dana ikut kegiatan ilmiah tahunan apakah masuk ke dana pribadi?
Jawab :
Di keluarga Gunarto, jika itu uang sekolah, maka dibayarkan dengan uang keluarga. Namun, untuk seminar, kursus itu pakai uang pribadi. Jika tidak mencukupi, maka sampaikan ke suami apakah diijinkan pakai uang keluarga atau tidak, jika tidak ya jangan ikut.

31. Tadinya suami punya penghasilan tetap, lalu beberapa bulan lalu memutuskan berwiraswasta dan sekarang terkena dampak covid19 yang membuat pendapatan menjadi jadi turun drastis dan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup dasar rumah tangga. Bagaimana menyingkapi ini?
Jawab :
Tadi didalam dana saving, minimal ada dana hidup untuk 4 bulan. Keluarkan dana itu. Nah dalam 4 bulan ini saatnya suami untuk mencari penghasilan dengan berbagai jalan asal halal. Suami-istri saling bekerjasama menghadapi bersama.

32. Bagaimana mempersiapkan anak dalam hal pengelolaan keuangan ke depannya, jika ada kejadian luar biasa seperti Covid-19 ini, agar anak nanti siap menghadapinya?
Jawab :
Diskusi keluarga. Namanya manajemen resiko.
Beri penjelasan ke anak, misal sekolahnya harus pindah, tempat tinggal berubah, dll. Saat diskusi, beri penjelasan dengan wajah yang tenang dan ceria, jangan sedih nelongso merana. Nanti justru anak ketularan emosi orangtuanya.
Yuk bergembiralah dalam menghadapi perubahan. Karena perubahan itu fitrah.
Tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri.
Sabar itu bukan diam. Karena sabar itu usaha terus menerus.
Usaha bagian dari sebuah kesabaran.
Anak itu main di empang sama main ke jepang itu sama aja, karena anak-anak adalah makhluk yang sangat adaptif.

33. Kalau suami hutang ke dana saving itu hitungannya dia berhutang yang harus dilunasi atau dia menggunakan uangnya dia sendiri?
Jawab :
Hutangnya untuk apa? Kalau untuk hobi ya nggak boleh. Kalau buat investasi ya jadikan investasi keluarga.